Senin, 02 Maret 2009

Akuntansi Syariah

AGAR DONGENG KEBANGKRUTAN TAK BERLANJUT
Oleh : Zakaria Batu Bara, MA

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu berpiutang dengan suatu piutang, hingga masa yang ditetapkan, hendaklah kamu tuliskan; dan hendaklah seorang penulis diantaramu menuliskannya dengan keadilan. Janganlah enggan penulis itu menuliskannya, sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya, sebab itu hendaklah ia menuliskan; dan hendaklah membacakan orang yang berutang (akan utangnya kepada penulis) dan hendaklah ia takut kepada Allah, dan janganlah dikurangkan hak orang sedikitpun... ''
Al-Qur'an Surat Al-Baqarah (QS [2]: 282)
Penyebab dari krisis global yang berasal dari kebangkrutan Lehman Brothers pada bulan September tahun lalu (di akhir tahun 2008). Dan disusul perusahaan-perusahaan di Amerika lainnya mengalami kerugian derivatif yang besar, sehingga berdampak terhadap kinerja saham di kwartal ke IV tahun 2008. Termasuk di Indonesia tertekan juga karena Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga turun luar biasa.
Tumbangnya raksasa ini bak sengatan ‘mematikan’ bagi perekonomian Amerika, kapitalisasi mereka yang begitu besar dan iming-iming laba yang terus mereka cetak, sehingga magnet penyedot perhatian pebisnis top diseantaro dunia untuk berebut membeli sahamnya.
Tapi apa hendak dikata, akal-akalan mereka dengan memalsukan laporan akuntansi telah membuat perusahaan itu sangat rapuh, keuntungan miliaran dolar yang mejeng dalam laporan keuangannya tak lebih dari sebuah bualan yang dirangkai oleh akuntan-akuntan yang tak bertanggungjawab.
Sekedar contoh dari sebuah peradaban yang menempatkan ilmu akuntansi menghamba kepada kepentingan pemilik modal (stockholder). Di sini, kisi dan ruang akuntansi sebagai media transparansi dan pertanggungjawaban dipelintir untuk satu alasan : menguntungkan bagi pemilik modal.
Sekali dua, cara-cara itu memang mengail untung. Namun sangat picik, mengira publik sebagai keranjang sampah yang hanya bisa menerima tanpa mampu mengukur kebenaran yang disampaikan melalui laporan keuangan itu. Dan, sekali terbongkar reputasi yang bertahun-tahun mereka bangun hancur berantakan. Realitas menyulap laporan keuangan yang banyak terjadi dalam paradigma kapitalis.
Ternyata terdapat keterbatasan dari laporan keuangan konvensional, berbagai sifat yang ada di dalamnya memberikan kontribusi terhadap keterbatasan atau kelemahan informasi laporan keuangan. Misalnya prinsip historical cost, menyebabkan informasi yang disajikannya tidak relevan pada masa inflasi. Berbagai kelemahan akuntansi konvensional ini telah diiihat oleh berbagai pihak. Beberapa isu yang sangat ditentang adalah :
1) Metode penilaian historical cost yang dianggap tidak memberikan informasi relevan bagi investor apalagi pada masa inflasi.
2) Sistem alokasi yang dinilai subjektif dan arbitrer sehingga bisa menimbulkan penyalahgunaan akuntansi untuk melakukan penipuan untuk kepentingan pihak tertentu yang dapat merugikan pihak lain.
3) Prinsip konservatisme yang dianggap menguntungkan pemegang saham dan merugikan pihak lain.
4) Perbedaan standard dan perlakuan untuk mencatat dan memperlakukan transaksi atau pos yang berbeda. Misalnya penilaian pada surat berharga, persediaan, tidak konsisten dengan aktiva tetap. Yang pertama dapat menggunakan lower of cost market, sedangkan yang terakhir menggunakan cost. Bahkan ada yang boleh menggunakan market.
5) Demikian juga perbedaan dalam pengakuan pendapatan. Ada yang menggunakan “accrual basis” ada “cash basis”.
6) Ada perbedan dalam pengakuan pendapatan atau biaya. Misalnya dalam hal pengakuan pendapatan apakah pada saat barang selesai di produksi, pada saat di jual, atau pada saat dilakukan penagihan. Perlakuannya tidak konsisten untuk semua jenis pos dan transaksi.
Selama ini akuntansi konvensional hanya melihat aktiva berwujud dari suatu perusahaan. Namun saat ini perusahaan tidak hanya memiliki aktiva berwujud lagi, tetapi memiliki aktiva "intangible asset " tidak berwujud seperti paten, goodwill, lisensi, hak cipta, internet, website, Software dan sebagainya. Sifat-sifat dari aktiva non fisik ini sangat berbeda dari aktiva yang selama ini menjadi andalan akuntansi keuangan uniuk dicatat, diukur, dilaporkan dan dianalisa.
Disinilah bedanya sistem akuntansi kapitalis dan Islam. Akuntansi Islam bukan saja untuk melayani kepentingan stockholder, tapi juga semua pihak yang terlibat. Karena itu Akuntansi Islam bukan melulu bicara angka. Sebaliknya, domain akuntansi juga mengukur prilaku (behavior). Konsekuensinya, Akuntansi Islam menjadi mizan (timbangan) dalam penegakan ketertiban perdagangan, pembagian yang adil, pelarangan penipuan mutu, timbangan, bahkan termasuk mengawasi agar tidak terjadi benturan kepentingan antara perusahaan yang bisa merugikan kalangan lain.
Kalau rambu-rambu dasar seperti ini yang diterapkan, yakni tragedi Lehman Brothers tak terjadi. Itu lantaran akuntansi tak lagi menghamba kepada kepentingan pemilik modal, tapi lebih dari itu inheren dengan penegakan keadilan dan kebenaran.
Fenomena kegagalan akuntansi konvensional dalam memenuhi tuntunan masyarakat akan informasi keuangan yang benar, jujur dan adil, meningkatkan kesadaran dikalangan intelektual muslim akan perlunya pengetahuan akuntansi yang Islami yang berdasarkan pada prinsip kebenaran, keadilan, dan transparansi sangat mendesak untuk dilakukan.
Ternyata Islam melalui Alquran telah menggariskan bahwa konsep akuntansi yang harus diikuti oleh para pelaku transaksi dan pembuat laporan keuangan adalah menekankan pada konsep pertanggungjawaban atau accountability, sebagaimana ditegaskan dalam surat al-Baqarah ayat 282.
Menurut Sofyan S. Harahap dalam buku Akuntansi Islam mengatakan bahwa ; Munculnya Akuntansi Islam ini didorong oleh berbagai hal seperti :
l . Meningkatnya religiousity masyarakat.
2. Meningkatnya tuntunan kepada etika dan tanggung jawab sosial yang selama ini tampak diabaikan oleh akuntansi konvensional.
3. Semakin lambannya akuntansi konvensional mengantisifasi tuntunan masyarakat khususnya mengenai penekanan pada keadilan, kebenaran, dan kejujuran.
4. Kebangkitan umat Islam khususnya kaum terpelajar yang merasakan kekurangan yang terdapat dalam kapitalisme Barat.
5. Perkembangan atau anatomi disiplin akuntansi itu sendiri.
6. Kebutuhan akan sistem akuntansi dalam lembaga bisnis syariah seperti bank, asuransi, pasar modal, trading, dan lain-lain.
7. Kebutuhan yang semakin besar pada norma perhitungan zakat dengan menggunakan norma akuntansi yang sudah mapan sebagai dasar perhitungan.
8. Kebutuhan akan pencatatan, pertanggungjawaban, dan pengawasan harta umat misalnya dalam Baitul Maal atau kekayaan milik umat Islam atau organisasinya.
Mempelajari dan menerapkan akuntansi syariah, pada hakekatnya adalah belajar dan menerapkan prinsip syariah (yang sesuai dengan ketentuan hukum Islam), yaitu memberikan keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat.

Penulis adalah Ka.Prodi Akuntansi Syari’ah dan Dosen STIE Syariah Bengkalis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar